Lomba Menulis Feature Sekolah
Dasar
Tema
: Strategi Peningkatan Mutu Sekolah Dasar
Melaksanakan
Kurikulum 2013 di Sekolah Dasar
Penulis : Munayah,S.Pd.SD
Raut wajah
pendidikan negeri kita masih jauh
tertinggal dalam banyak hal. Pergantian kurikulum dibeberapa periode semakin
menguatkan ketertinggalan tersebut. Kurikulum menurut Undang Undang nomor 20
tahun 2003 pasal 1 ayat (19) adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai
tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu.
Metamorfosis
kurikulum di Indonesia tentunya diharapkan mendapatkan hasil akhir yang bisa
jadi solusi untuk berbagai permasalahan pada kurikulum sebelumnya. Pengembangan
kurikulum 2013 merupakan langkah lanjutan pengembangan Kurikulum Berbasis
Kompetensi (KBK) yang telah dirintis pada tahun 2004 dan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 yang mencakup kompetensi sikap, pengetahuan dan
keterampilan secara terpadu.
Kehadiran
Kurikulum 2013 disambut antusias sekaligus tanda tanya dikalangan kami selaku
pendidik. Melihat jarak dari kurikulum sebelumnya (2006) , tentunya Kurikulum
2013 menjadi angin segar dan harapan dapat menggantikan KTSP 2006 secara lebih baik. Berbagai Pelatihan dan
Pendidikan digelar untuk mensosialisasikan Kurikulum 2013. Diawali dengan
pendataan dan pemanggilan beberapa sekolah yang menjadi sasaran, sosialisasi
dan implementasipun mulai dilaksanakan. Pelatihan
awal dilaksanakan pada akhir tahun ajaran guna bahan persiapan penerapan diawal
tahun ajaran baru 2013. Berbagai spekulasi muncul dari kami selaku pendidik
yang tergabung dalam beberapa kali pelatihan. Narasumber dan para Tutor
pelatihan menyangkut Kurikulum 2013 sebelumnya mendapatkan pelatihan terlebih
dahulu di beberapa titik kota pada tiap provinsi. Namun keterbatasan pelatihan
yang bagi sebagian besar berasumsi kurang persiapan dan terkesan mendadak,
menjadikan proses penyampaian berkendala dan sulit diterima mayoritas sekolah
sasaran.
Perubahan
mindset atau pola pikir para pendidik dari kurikulum sebelumnya ke Kurikulum
2013 bukanlah hal mudah. Pemahaman terhadap tujuan, isi dan cara mengimplementasikan
Kurikulum 2013 membutuhkan proses, contoh dan sarana prasarana yang memadai.
Pengiriman buku paket Tematik untuk kelas 1 dan kelas 4 sebagai kelas awal
penerapan Kurilulum 2013 dirasa bukan solusi yang signifikan. Berbagai kendala
justru muncul seiring penggunaan buku paket yang terdiri dari Buku Siswa dan
Buku Guru tersebut. Hal tersebut belum seberapa bila dibandingkan dengan permasalahan tentang “Penilaian” yang sampai
saat ini masih menjadi kendala besar dalam penerapan Kurikulum 2013.
Permasalahan
tidak berhenti sampai pada penilaian semata. Laporan hasil belajar atau Rapor
juga menjadi kendala . Banyaknya adminitrasi Kurikulum 2013 yang harus
dikerjakan guru dirasa memberatkan dan menambah beban mengajar bagi sebagian
guru. Intinya bayang-bayang KTSP 2006 masih melekat dan dianggap nyaman bagi
proses kegiatan belajar mengajar disekolah Dasar. Hal tersebut tidak sepenuhnya
benar, menurut pendapat saya pribadi sebagai salah seorang tenaga pendidik di
salah satu Sekolah Dasar di wilayah perbatasan Ibukota. Entah apakah ini
dirasakan juga oleh rekan Guru lainnya. Banyak hal positif dan perubahan cara
pembelajaran yang menarik untuk dilaksanakan bersama peserta didik. Suasana
kelas menjadi lebih hidup, menyenangkan dan membangkitkan semangat belajar
peserta didik. Kreatifitas dapat lebih dimunculkan karena kesempatan peserta
didik untuk berinteraksi lebih fleksibel dan terbuka. Kegiatan Belajar Mengajar
dapat lebih terencana karena adanya panduan Buku Guru yang berkorelasi dengan
Buku Siswa pada tiap Tema.
Seiring
proses masalah baru dalam penerapan Kurilulum 2013 muncul. Kelas 2 dan kelas 5
yang merupakan kelas lanjutan pelaksanaan Kurilkulum 2013 ternyata menuai
banyak kendala yang lebih besar dari sebelummya. Adanya isu penghapusan
Kurikulum 2013 memicu pro dan kontra berbagai kalangan. Bagi pendidik tentunya
ini membingungkan dan menjadikan peserta didik menjadi “Korban” ujicoba
kebijakan pendidikan. Alhasil mayoritas Sekolah Dasar yang menjadi sekolah
Sasaran penerapan Kurikulum 2013 mengajukan pengunduran diri dan kembali
menggunakan KTSP 2006. Di wilayah tempat saya bertugas hanya tersisa sebagian
kecil sekolah Sasaran yang tetap melaksanakan Kurikulum 2013 dengan alasan dan
berbagai pertimbangan. Tentunya dengan menaruh harapan adanya perbaikan sistem
pendidikan yang lebih memudahkan Guru dan peserta didik dalam mencapai tujuan
pembelajaran.
Berjalan
dengan banyaknya keterbatasan dan minimnya informasi mengiringi langkah
penerapan Kurikulum 2013 hingga jenjang kelas lanjutan berikutnya yaitu kelas 3
dan kelas 6. Sehingga seluruh jenjang kelas pada Sekolah Dasar tempat saya
bertugas resmi seluruhnya menerapkan Kurikulum 2013. Pengiriman buku paket
Tematik yang sempat menjadi kendala pada jenjang kelas 2 dan kelas 5, kembali
lancar pada kelas lanjutan berikutnya. Namun kendala besar lainnya muncul
dijenjang kelas 6 sebagai kelas akhir kelulusan peserta didik. Kegiatan Belajar
Mengajar yang menggunakan Buku Tematik
sebagai acuan dan patokan menjadi bumerang bagi nilai akhir kelulusan peserta
didik. Dilema bagi pendidik dimana dalam keseharian menyuguhkan pembelajaran
beberapa mata pelajaran yang terintegrasi dalam tiap tema, namun diakhir
dituntut untuk dapat mempersiapkan peserta didik dalam menghadapi Ujian
Nasional.
Apabila dalam
jejang kelas sebelumnya pendidik harus dapat menuntaskan setiap pembelajaran
pada buku Tema secara tuntas, memberikan ekstra materi tambahan dalam moment
ajang perlombaan bidang studi. Mengingat dangkalnya materi yang terkandung pada
tiap buku tema, sehingga buku referensi lain menjadi wajib sebagai pegangan
buku Guru. Ternyata dijenjang kelas 6 masalah lebih besar muncul. Tugas
pendidik untuk dapat menghantarkan peserta didik mencapai nilai kelulusan yang
baik, tentunya bukan perkara mudah karena antar KBM dan Ujian tidak berkorelasi.
Sekolah Dasar
lain yang tidak menggunakan Kurikulum 2013 pastinya tidak ada kesulitan karena
dalam kesehariannya peserta didik sudah terbiasa dengan mata pelajaran Bahasa
Indonesia, IPA dan Matematika. Sehingga persiapan menghadapi Ujian Nasional
lebih matang dan sesuai dengan apa yang diajarkan. Hal ini menjadi bahan
evaluasi besar dalam menerapkan Kurikulum 2013. Apabila peningkatan Karakter
yang jadi tujuan utama Kurikulum 2013 pada jenjang Sekolah Dasar, mengapa Ujian
Nasional masih menjadi tolak ukur bagi kelulusan peserta didik ?
Berbagai
spekulasi dan pertanyaan muncul dikalangan pendidik. Ketidak matangan kebijakan
dan kurangnya persiapan dalam mensosialisasikan Kurikulum 2013 memunculkan
banyak sekali kendala dan kerancuan. Mau dibawa kemana arah dunia pendidikan
kita bila sistem yang ada belum mampu mengcover kendala pada kurikulum
sebelummya. Guru yang seyogyanya berkewajiban mengajar dan mendidik anak-anak
negeri agar dapat menjadi insan yang lebih cerdas dan mampu bersaing mencapai
cita-citanya, harus pula diresahkan dengan berbagai kebijakan pendidikan yang
ternyata sampai saat ini belum mencapai titik cerah.
Kehadiran
Kurilukulum 2013 yang dinanti dan diharapkan menjadi solusi perbaikan sistem
pendidikan di indonesia masih membutuhkan evaluasi besar. Konsep dan rasional
Kurikulum 2013 yang relevan dengan tingkat perkembangan peserta didik tidak
serta merta begitu saja mudah diterapkan. Kenyataan dilapangan tentunya hanya
akan dirasakan Guru sebagai tenaga pendidik yang secara langsung terjun dan
menerapkan kebijakan tersebut. Permasalahan yang munculpun akan pertama kali
ditemukan Guru dalam proses penerapannya.
Tujuan
menciptakan peserta didik yang berkarakter dan berperilaku sesuai kompetensi
yang diharapkan dalam Kurikulum 2013 merupakan tanggung jawab bersama. Berbagai
pihak tentunya harus dilibatkan baik sekolah, masyarakat sekitar dan tentunya
keluarga yang menjadi acuan utama perubahan perilaku peserta didik. Namun fakta
yang terjadi, dengan menerapkan Kurikulum 2013 di Sekolah Dasar masih banyak
pihak keluarga dan orangtua peserta didik yang belum jua memahami sekalipun sosialisasi tentang Kurikulum 2013
telah disampaikan dalam Rapat Wali Murid
di awal Tahun ajaran Baru. Ketidakpuasan muncul melihat hasil laporan prestasi
akhir (Rapor) yang jauh berbeda dengan KTSP 2006 dan kurikulum sebelumnya. Mengubah
pola pikir masyarakat akan lebih sulit mengingat kurikulum merupakan hal yang
asing bagi nonkependidikan.
Langkah
pemerintah pusat guna memaksimalkan penerapan Kurikulum 2013 patut diapresiasi.
Kendatipun masalah yang muncul hingga saat ini masih menjadi kendala besar bagi
kami sebagai tenaga pendidik. Sekalipun lokasi bertugas berdekatan dengan
Ibukota, Sekolah Dasar Negeri tetap memiliki keterbatasan dalam penerapan
Kurikulum 2013. Tak terbayangkan bagaimana dengan saudara-saudara kami yang ada
di pedalaman dan wilayah 3T...? keterbatasan teknologi tentunya menjadi masalah
utama, mengingat banyaknya Aplikasi yang berkenaan dengan Kurikulum 2013. Kurangnya
informasi yang berkenaan dengan Kurikulum 2013 masih dirasakan oleh hampir
seluruh Sekolah Dasar yang menerapkan kebijakan tersebut. Penerapan yang dibuat
bertahap semakin menambah daftar panjang keterbatasan Kurikulum dan persiapan
dalam implementasinya. Informasi yang dibutuhkan tentang kurikulum selalu
datang terlambat dan pada akhirnya berimbas tidak ada kesesuaian dengan Program
Tahunan dan Program Semester yang direncanakan. Alhasil kegiatan belajarpun
harus kejar-kejaran dengan program yang ada.
Kurikulum
negeri kita masih tergolong kaku dan kurang fleksibel, tentunya bila kita
melihat dan mau membandingkan dengan negara-negara lain. Tingkat kemampuan
rata-rata peserta didik masih dibawah rata-rata dari standar yang ada.
Kendatipun ada sebagian kecil anak bangsa yang dapat berprestasi bahkan sampai
ke mancanegara, tentu harus kita garis bawahi bahwa itu hanya beberapa saja.
Bagaimana dengan peserta didik kita yang lain...mereka seyogyanya adalah
anak-anak negeri yang juga membutuhkan perhatian agar dapat juga berprestasi
dan menggapai cita dan harapan .
Harapan Guru
sebagai tenaga pendidik terhadap kebijakan pemerintah pusat berkenaan dengan
Kurikulum 2013 tentunya bukanlah harapan semu. Langkah kongkret solusi terhadap
kendala kurikulum 2013 sangat dinanti dan diharapkan dibuat berdasarkan
pengamatan langsung dalam proses penerapannya. Negeri kita juga memiliki mimpi
besar untuk dapat berprestasi dan bersaing dengan negara lain. Anak-anak bangsa
Indonesia tentunya ingin juga dapat tercapai apapun yang menjadi cita-cita
mereka. Ketidaksempurnaan Kurikulum yang kita miliki saat ini semoga tidak
menyurutkan semangat peserta didik kita dalam menuntut ilmu dan seyogyanya
semakin mengingatkan kita sebagai Guru untuk lebih bertanggungjawab membantu
mewujudkan mimpi-mimpi besar anak-anak Negeri tanpa terhalang kebijakan
pendidikan serta tanpa batasan kurikulum. Semoga mendapatkan solusi untuk kita
semua.